Jakarta, LensaWarna.com– Indonesia tengah menuju era transisi, dari energi fosil menjadi renewable energi dengan target besar net zero emission di 2060. Namun demikian, bukan berarti bisnis energi fosil sudah mulai meredup di tanah air. Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji yang mewakili Menteri ESDM Arifin Tasrif, dalam paparannya menyampaikan perkembangan sektor energy nasional, khususnya di sepanjang tahun 2020 hingga saat ini yang berada dalam tren positif dan terus meningkat. Disampaikan Tutuka, perkembangan sektor energy itu bisa dilihat dari perolehan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang terus positif. “Tahun 2023 saat ini kita mencapai investasi sekitar USD15,56 miliar, yang hilir USD1,9 miliar. Ini gambarannya antara kedua hulu dan hilir, jadi dimana untuk di hulu itu paling besar produksinya. Kemudian untuk di hilir, di pengolahan yang paling besar (Kontribusinya),” ungkap Tutuka saat diskusi bertajuk “Menelisik Prospek Energy 2024, Gurih atau Hambar?” yang diselenggarakan Forum Wartawan Energi dan Sumber Daya Mineral (FWESDM), yang diselenggarakan secara Hybrid, di Club Square Plaza UOB, Jakarta Pusat, Rabu 25 Oktober 2023. Diskusi Forum Wartawan ESDM Bisnis Energy Masih Prospektif di 2024 foto Edy Triono Diakui Tutuka, ada sedikit hambatan pada sektor hilir karena terkendala infrastruktur. Namun pemerintah terus berupaya untuk menanganinya, dan ia optimis bahwa kedepan bisnis energy masih akan terus meningkat seiring dengan upaya-upaya yang dilakukan pemerintah. Menurutnya, ada beberapa cara yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan cadangan dan produksi migas. Diantaranya yaitu: Pertama, dengan memberikan opsi/fleksibilitas pemilihan jenis kontrak kerja sama (PSC CS/GS). Pemerintah memperbaiki term and condition kontrak kerja sama. Upaya kedua, lanjut Tutuka Ariadji, yakni dengan mengakselerasi proyek- proyek lapangan migas. Ketiga, optimalisasi pemanfaatan gas domestik. Keempat, meningkatkan cadangan strategis/penyangga/operasional. Kelima, mengurangi ketergantungan impor BBM dan LPG. Keenam, mendorong diversifikasi sebagai alternatif sumber energi, diantaranya gasifikasi pembangkit dan pemanfaatan biofuel. Selain itu, pemerintah juga terus berupaya untuk meningkatkan pembangunan Infrastruktur gas bumi strategis guna mendorong interkonektivitas jaringan gas bumi. Hal lainnya, lanjut Tutuka, pemerintah terus mendorong pembangunan pipa transmisi gas (Cirebon. Semarang). Sementara itu VP Digitalisasi Kelistrikan Management Digital PLN Pusat Agus Tri Susanto mengatakan, tahun 2020 hingga 2022 PLN telah memulai melakukan transformasi dan melaksanakan lebih dari 2.000 program strategis, mulai dari generation hingga retail. “Tahun 2020 hingga 2022 kemarin kami menyebutnya sebagai etape pertama transformasi dan ini lebih kami fokuskan kepada internal correctif action secara end to end, mulai dari pembangkitan, transmisi, distribusi hingga ke pelanggan kami,” ungkapnya. Dirjen Migas Tutuka Ariandi foto Edy Tri Seanjutnya, masuk ke etape kedua, Agus menyebut PLN melakukan transformasi dengan mewujudkan struktur organisasi yang lebih fit dan sesuai dengan kebutuhan masa depan. “Pembentukan holding akan membuat PLN lebih lincah, ramping dan profesional untuk mewujudkan value creation di setiap lini,” ungkapnya. Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Perusahaan PT PLN Energi Primer Indonesia Mamit Setiawan dalam kesempatan yang sama mengatakan, pihaknya saat ini melihat potensi biomassa yang berlimpah untuk terus dikembangkan sebagai co-firing dari PLTU Batubara. “PLN EPI menargetkan pada tahun 2025 akan menggunakan biomassa sebesar 10,2 juta ton pertahun untuk program pengurangan emisi gas rumah kaca dengan target 52 PLTU, dengan komposisi 6 juta ton dari dedicated energy plantation dan 4,2 juta ton dari limbah sawit, sampah, sawdust dan limbah pertanian yang akan menghasilkan 11,8 TWh/tahun,” ungkap Mamit. Di sisi lain, Director Health Of Safety & Environment PT Trimegah Bangun Persada Tbk (Harita Nikel), Tonny Gultom memaparkan tentang potensi sektor pertambangan nikel yang menurutnya sangat prospektif di tengah upaya pemerintah melakukan diversifikasi energi, salah satunya melalui pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai. Menurutnya, Indonesia saat ini merupakan negara di dunia yang memiliki cadangan nikel terbesar, yakni mencapai 21 juta ton. Indonesia bahkan meninggalkan jauh negara-negara seperti Amerika Serikat, Brazil, Canada, China, New Celedonia, Filipina, Russia dan banyak negara lainnya dalam hal cadangan nikel. Hanya Australia saja yang memiliki cadangan 21 juta ton, sama seperti Indonesia. “Ini menjadikan semua pihak tertarik untuk mengetahui bagaimana pengembangannya kedepan, potensi untuk dikembangkan masih sangat besar,” pungkas Tonny. (foto&Teks: Edi Triyono) Post navigation Forum Ulama Santri Indonesia (FUSI) Deklarasikan Dukungan Prabowo – Gibran Untuk 2024 Pesan Prabowo di Rapimnas Gerindra, Jalani Demokrasi Dengan Rukun,Sejuk dan Damai